Pengalaman pertama Romadhon ku

Alhamdulillah, tahun ini masih diberi kesempatan untuk ketemu romadhon lagi 🙂
sebenarnya ini romadhon pertama saya di kota setelah saya pindah rumah yang sebelumnya ada di kabupaten.
suasananya benar-benar berbeda.
dulu kalo di desa, hari-hari pertama puasa pasti ada yang bangunin sahur, entah itu anak-anak yang mainan mercon ataupun yang keliling ronda 😀

Ada juga cerita di sholat tarawih pertama saya di kota, dulu kalau di kabupaten sholatnya berjumlah 20 rokaat tapi bacaannya super cepat, kadang hal itu bikin membuat saya malas ikutan tarawih berjama’ah, kalau di kota lain, meskipun cuma 8 roka’at tapi bacaannya mantap, insyaAllah tajwidnya tepat.

Tarawih pertama ini di imami oleh seorang imam yang biasanya sholat jum’at, tapi hari jum;at ini tadi beliau jadi bilal-nya, sudah sering saya tau beliau menjadi imam di masjid dekat rumah sekarang, memang beliau masih muda, mungkin umurnya sekitar 26-30 tahun, tapi bacaannya mantap, sudah lama saya rasa orang ini memiliki kelebihan, ya bukan kelebihan maksud lain tapi ada yang istimewa di identitasnya. Baru malam kemarin saya tahu bahwa beliau adalah pengurus pondok Gading malang, insyaAllah.

Ternyata bukan sekedar dongeng di film Kang Abik, KCB dan DMC, ada ustadz muda yang memang layak menjadi panutan, yang memang benar-benar ustadz. Dan baru kali ini saya merasakan, betapa takutnya diri saya mendengar tanda-tanda kiamat yaitu diangkatnya ilmu dari muka bumi dengan meninggalnya ulama yang benar ulama, lantas siapa yang membimbing kita ke jalan benar kalau bukan mereka?

Mungkin hari ini kita masih ada memiliki banyak ulama, bayangkan saja, kini kita masih punya banyak ulama tapi perbedaan puasa aja ribut, saling menyalahkan, padahal kita tahu perbedaan itu memiliki dasar yang sama-sama kuat, maka selayaknya kita saling menghormati, bagaimana nanti jika para ulama jumlahnya sudah sedikit? yang ada mmungkin banya ulama abal-abal yang punya ashobiyah tinggi.

Bukan saya ingin membahas perbedaan lagi, melainkan saya cuma membagi apa yang saya pikirkan, bagaimana umat ini kelak jika cuma memiliki ulama yang ashobiyah? perbedaan dianggap sebagai musibah, perpecahan sudah dianggap biasa, umat jadi tersesat lalu celaka, na’udzubillah..

3 Comments Add yours

  1. gizhworld says:

    jadi ini kisah ramadhan dikota?

    Like

    1. iya T___T.. 21 tahun tinggal di desa

      Like

  2. Agam TrueBlue says:

    tak apa berbagi semasih berbagi hal2 yang positif 🙂

    Like

Leave a comment