Bekerja sekerasnya, beribadah sekadarnya

“Kita tidak akan mendapati keadilan di dunia kecuali sedikit”

Selama pandemi kebijakan di tempat kerja saya menerapkan berbagai lapis keamanan untuk memastikan karyawan tetap produktif walaupun bekerja di rumah mulai dari absen pagi, mengisi jurnal harian, membuat dokumen ringkasan, dan absen sore.

Logikanya tidak ada sistem buatan manusia yang sempurna, setiap ciptaan manusia pasti ada celanya misalnya absen pagi dan sore bisa saja diakali dengan tidak menyalakan GPS atau jurnal harian yang diinput melalui situs bisa ganti dengan fasilitas inspect element bawaan perambah.

Sungguh betapa visioner sekali manusia terhadap dunia sehingga membuat lapis-lapis keamanan supaya pegawai tetap produktif. Walaupun begitu manusia cenderung gebyah uyah alias memukul rata, bayangkan sepagi apa mulai bekerja, sekeras apa bekerja, dan seberapa malam usai bekerja tapi jika tidak –salah satu saja misalnya– mengisi jurnal harian maka akan ada pemotongan di upah bulanan.

Sebaliknya, sesiang apapun mulai bekerja, seloyo apapun bekerja, dan seberapa awal selesai bekerja tapi jika absen pagi hingga absen sore terisi maka tidak akan ada pemotongan di upah bulanan.

Sekarang kita bayangkan bagaimana kita beribadah, bagaimana visi kita dalam beribadah. Siapa sih yang tidak mau masuk surga? namun mari berintropeksi diri, mau membeli surga dengan apa? Apakah dengan sholat, puasa, dan zakat saja? Iya kalau diterima, bagaimana kalau tidak?

Logikanya, tidak ada yang membawa bekal untuk pulang, ketika di dunia justru kita mencari bekal ketika akan bepergian. Dunia ini cuma sementara, tempat mencari bekal untuk pulang. Dunia memang berbeda dengan akhirat.

Sholat, puasa dan zakat saja memang bisa mengantarkan ke surga tapi seberapa cepat? apakah yakin sholat dan puasa selalu diterima? Maka dari itu kita perlu visi pribadi menyiapkan ibadah-ibadah tambahan (sekaligus sebagai cadangan) kalau-kalau sholat, puasa, dan zakat kita tidak diterima.

Kita perlu tambahan ibadah yang sesuai syariat tentunya seperti sholat sunnah, puasa sunnah, infaq, sedekah, bahkan waqaf, terlebih lagi menuntut ilmu dimanapun berada.

Tidak salah jika kehidupan dunia punya visi dan misi apalagi kehidupan akhirat pasti lebih memiliki hak.

Keadilan di dunia itu memang sedikit dan berharap pada manusia hanyalah menimbulkan kekecewaan.

Leave a comment